- Kapten tim Arsenal
- Seorang gelandang bertahan
- Pemilik nomer punggung 4 di Arsenal
- Pemilik nomer punggung 10 di Timnas Spanyol
- Baru berusia 23 tahun
- Dulu bersekolah di klub sepakbola Barcelona
- Teman kecil Pique dan Messi
Dan masih banyak fakta lain mengenai Cesc Fabregas yang mungkin ga bisa gw sebutin satu persatu disini, karena gw juga ga tau terlalu banyak tentang dia :D *tanpa mengurangi fakta bahwa dengan fisik seperti itu, dia jauh lebih pantas jadi model daripada atlet :p
Baiklah, bukan itu yang akan gw tulis disini, karena gw mau mencoba menulis tentang sedikit perjalanan Cesc Fabregas saat dia baru pindah ke Arsenal. Cesc pindah ke Arsenal saat dia baru berusia 16 tahun. Dia dibeli oleh Arsenal dari Barca, sebelum dia sempat bergabung dengan tim inti Barcelona.
Dia memang sangat berbakat dalam sepakbola dan juga dalam kepemimpinan (no wonder dia bisa jadi kapten pada usia 21 tahun). Cesc masuk ke sekolah sepakbola Barca sebagai angkatan 1987 (berdasarkan tahun kelahiran) bersama dengan Pique dan Messi. Salah satu supir bus yang selalu mengantar mereka berlatih sepakbola mengatakan bahwa dari kecil bakat kepemimpinan Cesc sudah terlihat, Cesc lah yang selalu menentukan lagu apa yang mereka dengarkan selama perjalanan.
Dan walaupun gw ngga tau hal ini ada hubungannya atau ngga dengan kemajuan karirnya, tapi waktu Cesc pindah ke asrama di La Masia, dia menempati kamar yang pernah ditempati oleh Joseph Guardiola dan Carles Puyol (what a coincidence :D)
Ternyata bakat Cesc Fabregas juga tercium oleh pihak Arsenal yang mencoba untuk membelinya pada tahun 2003. Semua orang tahu bahwa penawaran ini akhirnya berhasil memboyong Cesc untuk pindah ke London. Tapi satu hal yang sangat menarik buat gw adalah kepindahan ini dilakukan juga atas kemauan Cesc sendiri. Buat gw, ini adalah keputusan yang sangat besar yang dibuat oleh seseorang yang baru berusia 16 tahun.
Cesc Fabregas adalah seorang penggemar Barcelona sejati, dia sudah mendukung tim ini bahkan sejak belum genap berusia 1 tahun (dia pergi menonton pertandingan Barca pertamanya saat baru berusia 9 bulan bersama kakeknya). Bersekolah di La Masia, tentunya menjadi jalan untuk bisa mewujudkan mimpinya bermain bersama Barca. Tapi justru disaat mimpi itu semakin dekat untuk dicapai, Cesc memutuskan untuk meninggalkan Barca. Have you ever imagine yourself making this kind of decision?
Gw melihat ini sebagai “judi”, karena jika gw mengambil keputusan seperti itu, berarti gw menggantungkan mimpi gw untuk suatu hal yang bisa jadi jauh lebih baik buat gw, atau justru lebih buruk.
Kenapa Cesc berani mengambil keputusan seperti ini? Karena dia tahu dia berbakat dan pantas untuk mendapatkan yang lebih baik. Dia mengambil keputusan ini, karena saat itu antrian untuk bisa masuk ke tim senior Barca sangat panjang, dan ia tahu, mungkin akan makan waktu yang cukup lama baginya untuk bisa masuk sebagai tim inti Barca. Dan percaya atau tidak, dia akhirnya menentukan jalannya sendiri. Jalan yang benar-benar layak bagi seorang Cesc Fabregas.
Dia memilih untuk keluar dari Barca, tanpa betul-betul tahu apa yang akan dia dapatkan di masa depan karena keputusannya ini. Dia hanya memiliki keyakinan, bahwa ia layak untuk mendapatkan apa yang ia rasa terbaik baginya. Nekat? Menurut gw bukan, karena dia sudah cukup memperhitungkan resikonya. Bila ia memutuskan untuk tetap tinggal di Barca, dia tahu bahwa waktu untuk bisa memulai karir di tim inti akan sangat lama. Dan bila ia mengambil kesempatan ini (pindah ke Arsenal), mungkin belum tentu lebih baik daripada di Barcelona, tapi siapa yang bisa tahu kalau ternyata bisa lebih baik, bila ia tidak mencobanya. Menurut gw, ini adalah memperhitungkan resiko dan mengambil kesempatan yang ada.
Apakah hidupnya langsung berubah jadi lebih baik saat ia pindah ke Arsenal? Banyak dari kita yang akan bilang, “Iya, jelas...dia sekarang udah jadi kapten.” Tapi mungkin sedikit yang tahu kalau perjalanan yang dilalui Cesc sebelum menjadi Kapten adalah perjalanan yang cukup berat dan membuatnya kadang ingin menyerah.
Continue to Part II
No comments:
Post a Comment